Untuk
mengatasi kemacetan yang terjadi di DKI Jakarta, pemerintah provinsi telah
mengoperasikan bus way. Namun selain bus way, pemerintah provinsi DKI Jakarta
berencana mengembangkan proyek MRT (Mass Rapid Transit). Seperti hal proyek bus
way, pembangunan MRT ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi kemacetan
yang ada di Jakarta dengan mengandalkan kereta api sebagai moda transportasi.
Pembangunan lintasan/ jalur kereta api yang akan dilakukan terdiri atas bawah
tanah (sub way), permukaan (survace), dan layang (elevated). Pembangunan jenis
jalur tersebut disesuaikan dengan kondisi areal yang akan dilewati. Keberadaan
MRT diharapkan dapat membuat masyarakat semakin banyak menggunakan transportasi
masal ini daripada menggunakan kendaraan pribadi.
Pembangunan
proyek MRT tersebut terdiri atas 3 tahap, yaitu: Tahap I
–(Lebakbulus-Dukuhatas), Tahap II – (Dukuhatas-Kota), dan Tahap III
(Balaraja–Cikarang). Saat ini, proyek pembangunan yang berjalan adalah Tahap I
dengan rute Lebakbulus-Dukuhatas yang diperkirakan akan selesai pada tahun
2016.
Pembangunan
proyek MRT (Mass Rapid Transit) rencananya akan dilaksanakan pada 2013 ini
dengan total biaya senilai Rp 15,7 triliun. Dimana pembagian persentase
pembiayaan sebesar 49 persen ditanggung oleh Pemerintah Pusat dan 51 persen
berasal dari pembiayaan pinjaman Pemerintah DKI Jakarta. Jadi, skema beban
biaya pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) terbaru akan
menetapkan 49 persen hibah kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan 51 persen
dialokasikan sebagai penerusan pinjaman.
Mengenai
harga tiket MRT, diperkirakan sekitar Rp 38.000. Menurut Menteri
Perekonomian Hatta Rajasa, “Harga Rp 38.000 itu adalah harga yang berlaku
pada 2017. Saat itu pendapatan domestik bruto kita sudah 7.000 dollar AS.
Namun, angka Rp 38.000 tetap angka yang sangat mahal,” kata Hatta.
Beban
pengembalian pinjaman kepada JICA tersebut, berpengaruh pada besaran subsidi
yang akan diberikan Pemprov DKI pada harga tiket MRT. “Harga tiket masih
tergantung bebannya berapa, saya penginnya di bawah Rp 10.000. Soalnya, kalau
di Singapura hanya 1 dollar Singapura, kan kira-kira Rp 7.000 sampai Rp 8.000.
Kami angkanya kira-kira seperti itu, Rp 10.000-an untuk tahun 2015,” kata
Jokowi.
Semoga
harapan Bapak Jokowi bisa terealisasi, dengan harga tiket yang murah akan
menggugah warga DKI Jakarta untuk menggunakan transportasi umum. Apabila harga
tiket terlalu mahal, maka masyrakat akan lebih memilih menggunakan kendaraan
pribadi, walaupun transportasi tersebut dilengkapi dengan fasilitas yang
nyaman. Jakarta bisa bebas dari macet bila masyarakat DKI Jakarta menggunakan
transportasi umum yang sudah disediakan.
Sumber
: