Sebenarnya,
apa sih yang dimaksud dengan “inefisiensi” di sini? Kalau tak salah sih, jika
merujuk pada pengertian secara ekonomi, kata itu ya merupakan kebalikan dari efisiensi.
Secara garis besar, efisiensi itu sendiri bisa diartikan pemaksimalan serta
pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi barang dan jasa.
Direktur Utama PT Bank CIMB Niaga Tbk Arwin Rasyid mengatakan tingkat inefiensi perbankan nasional hingga saat ini masih wajar karena cost to income ratio (perbandingan biaya dan pendapatan) bank dalam negeri sama dengan bank di luar negeri, yakni di bawah 50%.
"Inefisiensi sebenarnya dilihat dari cost to income ratio dan perbankan nasional rata-rata cost to income rationya dibawah 50%, ini juga sebanding dengan bank-bank luar negeri. Jadi kalau saya bilang itu normal-normal saja," jelas Arwin, akhir pekan lalu.
Dia menuturkan tingginya marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) perbankan nasional memang sulit dihindari. Salah satu penyebab tingginya NIM adalah selisih antara bunga pinjaman dan deposito tinggi karena dipengaruhi tingkat inflasi dan premi risiko.
"Selisih bunga yang tinggi itu disebabkan karena dua hal, yakni satu inflasi di Indonesia lebih tinggi dari negara lain. Kedua risk premium [premi risiko] di Indonesia juga lebih tinggi," jelas dia.
Meski demikian, dia percaya tingkat NIM akan menurun seiring persaingan antar bank-bank di Indonesia. NIM, tambahnya lagi, akan turun dengan sendirinya melalui proses persaingan di pasar.
Sementara itu Wakil Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia Tbk Jos Luhukay mengatakan kalangan perbankan tidak bisa diperintahkan begitu saja untuk menurunkan NIM. Dia mengatakan akan mencari cara mengatasi semua masalah itu.
Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar